بسم الله الرحمن الرحيم
BERPEGANG TEGUH KEPADA TALI ALLAH
DAN LARANGAN BERPECAH BELAH
Upaya
Pe-lurusan Fikrah Keluarga Menuju Salaf Ash-Shalih
I. MUQODIMAH
Segala
puji bagi Allah yang mengurusi langit,
bumi dan se-isinya. Semua makhluq tunduk kepada Allah. Sholawat dan salam
mudah-mudahan tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in dan kepada siapa saja yang mengikutinya sampai hari kiyamat.
Saya
bersaksi bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Saya wasiatkan kepada kaum muslimin / muslimat
untuk selalu bertaqwa kepada Allah. Karena sebaik-baik bekal menuju
akhirat adalah taqwa kepada-Nya.
Abdullah
bin Mas’ud berkata : Sesungguhnya sebenar-benar kalam adalah Al-Qur’an, sekuat-kuat tali adalah
taqwa, sebaik-baik jalan adalah Sunnah Muhammad, sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk para Nabi, semulya-mulya perkataan adalah dzikir kepada Allah,
sebaik-baik kisah adalah kisah di dalam Al-Qur’an, apa yang sedikit-cukup lebih
baik daripada-banyak tapi melengahkan, sejelek jelek penyesalan adalah
penyesalan di hari qiyamat.
Abdullah bin Mas’ud : Jika
kamu ingin mencari jalan hidup, carilah jalan-nya orang-orang yang telah mati,
maksudnya para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in, karena mereka lebih faham
ajaran Islam, ilmu mereka lebih dalam, hati mereka lebih bersih. Kalau kamu mau
mencari jalan hidup kepada orang yang masih hidup, sungguh mereka tidak bisa
lepas dari fitnah-fitnah.
Imam
Syafi’i berkata : siapa yang tidak
cinta kepada ilmu, maka ia tidak ada kebaikan di dalam dirinya, karena ilmu
merupakan kehidupan bagi hati dan pemberi cahaya bagi pandangan mata.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata : di dalam
rumah Rosulullah hanya ada dua ilmu, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Khotib
Al-Baghdady berkata : seseorang tidak akan mendapatkan ilmu-Islam kecuali ia harus mencarinya dengan cara
mengorbankan waktu, yaitu menutup kios / toko-nya sementara, meninggalkan sejenak sawah ladangnya dan meninggalkan kawan
dekatnya.
Abu
Abdullah Muhammad bin Said bin Ruslan berkata : Sebenarnya tujuan mencari ilmu hanya ada
dua, yaitu untuk mentauhidkan Allah / takut kepada Allah dan beribadah
kepada-Nya secara benar.
II. AJAKAN BERPEGANG TEGUH
KEPADA TALI ALLAH
DAN LARANGAN BERPECAH BELAH
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ
جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ
أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
وَكُنتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ
يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya : Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. ( QS. Ali
Imran : 103 )
Catatan :
· kebiasaan / adat jahiliyah adalah : bermusuh-musuhan /
berpecah belah
· kebiasaan orang beriman adalah : hatinya bersatu
dan saling bersaudara.
III. CARA MEMAHAMI AYAT AL-QUR’AN
Agar kita tidak sesat
mencari jalan hidup, kita ikuti pemahaman Salaf Ash-Shalih, yaitu Sahabat,
Tabi’in dan Tabiut Tabi’in atau kepada siapa saja yang mengikuti jejak mereka.
Anas bin Malik : bila orang hari ini tidak
kenal generasi salaf pertama, ia tidak akan faham Islam sedikitpun.
Abdullah bin Mas’ud : Ikutilah langkah kami,
kamu akan cukup, jangan berbuat bid’ah
Ibnu Abbas : ikutilah langkah kami dan
tinggalkanlah bid’ah, ingatlah tindakan dengan dasar hawa nafsu tidak akan
menyelesaikan masalah / perkara.
IV. PEMAHAMAN AYAT TERSEBUT MENURUT SALAF
Imam As-Sudy, Mujahid,
Dhohak, :
tali Allah adalah Al-Qur’an.
Abul Aliyah : tali Allah adalah
Ikhklash
Imam Tobari : Seluruh tali di situ
adalah Al Islam.
Imam Ibnu Katsir : Al-Qur’an itu tali Allah
yang sangat kuat, dia merupakan jalan yang lurus.
Imam Al-Qurtubi berkata : ayat tersebut
Allah memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada Qur’an dan Sunnah secara
keyakinan dan amalan, karena hal itu akan menyatukan kalimat, menyatukan
perbedaan dalam menangani urusan dien, dunia dan perdamaian dari marabahaya
perpecahan, ayat itu mengajak untuk selalu mengadakan pertemuan dan melarang
perpecahan.
Imam Nawawi : Berpegang teguh dengan tali Allah adalah
memegang janji Allah dengan cara mengikuti Al-Qur’an dan ber-akhlaq dengan
akhlaq Al-Qur’an.
Imam Syatibi : Saya sendiri melihat
orang yang mengikuti sunnah itu akan mengalami ujian berat bahkan akan hancur,
tapi ingat, sebenarnya itu merupakan kesuksesan/kemenangan
Sabda Nabi : Siapakah orang yang
memecah belah Islam ? yaitu orang yang selalu mengikuti hawa nafsu dan ahli
bid’ah dari ummat ini. Sesungguhnya setiap dosa itu ada taubat, sedang orang
yang mengikuti hawa nafsu dan ahli bid’ah mereka sulit bertobat / kapok.
Saya berlepas diri dari mereka. HR. Ibnu Abi Ashim
Imam Ats-Tsauri : Orang ber-dosa bisa
taubat, ahli bid’ah sulit taubat, karena orang berdosa bisa sadar, sedang orang
bid’ah biasanya ngeyel karena merasa benar
Ibnu Taimiyah : Sunnah itu seperti
kapalnya Nabi Nuh, siapa mau naik di atasnya akan selamat, siapa tidak mau naik
akan tenggelam
Malik bin Anas & Umar
bin Abdul Aziz:
Sesungguhnya orang yang mendapatkan rahmat adalah tidak berselisih.
Sesungguhnya setiap orang punya kesiagaan, dan tiap siaga itu ada waktu, bisa
condong ke sunnah atau bid’ah, siapa yang condong ke sunnah dia dapat petunjuk,
jika condong ke bid’ah maka ia akan
hancur.
Al-Hasan : Pelaku bid’ah itu kerja
kerasnya, shoum dan sholatnya hanya menambah jauh kepada Allah. Janganlah
bergaul dengan ahli bid’ah, nanti hatimu bisa sakit.
Sofyan Ats-Tsauri : Omongan tidak akan lurus
tanpa diamalkan, omongan dan amalan tidak akan lurus kecuali harus ada niyat.
Omongan, amalan dan niyat tidak akan lurus kecuali harus sesuai dengan Sunnah
Nabi SAW.
V. KESIMPULAN
1. Semangat mencari ilmu
Al-Qur’an As-Sunnah dengan pemahaman yang benar terus kita hidupkan, karena
ilmu merupakan cahaya dan dengan cahaya ini kita akan mengerti benar, apa saja
yang ma’ruf & mungkar yang ada di
dalam diri dan rumah tangga kita. Tanpa ilmu, tanpa cahaya, sehingga hawa nafsu
akan mendominasi langkah kita.
2. Surat Ali Imran : 103,
adalah cahaya ilmu yang mengingatkan
diri kita termasuk mata, telinga, hati & anggota badan kita sendiri
dan keluarga kita, agar selalu di-ikat dengan tali Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Selanjutnya kita diperintah bersatu, bukan berpecah belah.
3. Kita tinggalkan sikap-tindakan
yang berdasarkan hawa nafsu, karena tindakan dengan dasar hawa nafsu tidak akan menyelesaikan masalah.
VI. EVALUASI KELUARGA
1. Sudahkah kita memahami
Al-Qur’an & As-Sunnah dengan benar ?
2. Jangan-jangan kita sendiri
mengaku orang Islam, tetapi bila diajak untuk memahami Islam secara benar,
justru kita menolak, dan ternyata kita masih mengikuti hawa nafsu kita sendiri.
Atau kita hanya mengikuti orang lain yang dasarnya HAWA NAFSU.
3. Jangan malu bertanya kepada diri
kita sendiri / orang lain, SIKAP INI DASARNYA HAWA NAFSU atau WAHYU.
Jika dasarnya wahyu Allah dan Sunnah Nabi, kita ikuti. Ingat, mengikuti
tindakan dengan dasar hawa nafsu, tidak akan menyelesaikan masalah dan semakin
rumit.
4. Hal tersebut insya Allah
akan terjawab, bila kita hidupkan majlis taklim dalam keluarga kita dengan
kajian yang betul-betul kembali kepada pemahaman Al-Qur’an dan As-Sunnah
menurut pemahaman Salaf Ash-Shalih.
VII. SUMBER BACAAN
1. Al-Qur’an dan Tarjamahnya
DEPAG-RI
2. Tafsir Al-Qurtubi, Imam
Al-Qurthuby IV/164
3. Tafsir Ath-Thobari, Imam
Ath-Thabary IV/32
4. Tafsir Al-Qur’anul Adzim,
Imam Ibnu Katsir I/389
5. Al-I’tisham, Imam
Asy-Syatibi
6. Imam Nawawi dalam Syarh
Shohih Muslim XII/11,.
7. Shifatu Shoffah, Ibnul Jauzi,
I/411.