Makalah Desain Pelatihan
Sabtu, 12 Juli 2014
0
komentar
Hai teman teman sekalian.. Disini
Admin akan membagikan contoh makalah Desain pelatihan tentang PedomanPerangkaian Dasar. Semoga bisa bermanfaat buat kalian semua ..
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu pelatihan dibutuhkan adanya suatu kegiatan
dalam pelatihan tersebut. Dalam melakukan sebuah pelatihan agar kegiatan
tersebut berjalan dengan baik dibutuhkan adanya rangkaian kegiatan pelatihan
aktif. Karena perangkaian untuk sebagian pelatih adalah seni. Betapapun,
kebanyakan pelatih belajar menguasai perangkaian melalui pengalaman dan
coba-coba.
Dari merangkai kegiatan pelatihan aktif dapat membuat
kita paham cara menjadi pelatih yang handal. Dengan dibutuhkan proses yang
lebih matang dan berurutan dapat membuat kesan yang menarik bagi peserta
pelatihan. Karena tidak peduli seberapa bagus rancangan kegiatan atau
presentasi tertentu, dampak dan nilainya bagi para peserta bisa sangat merosot
jika salah tempat dalam keseluruhan urutan acara. Sebagai contoh peserta bisa
jadi tidak memahami ide-ide abstrak sebelum mengalami contoh kongkret. Seberapa
baik ketika merangkai semua kegiatan ini adalah sangat penting bagi efektifitas
keseluruhannya.
Untuk bisa merangkai kegiatan pelatihan aktif di butuhkan
beberapa metode atau cara yang harus kita ketahui terlebih dahulu yaitu :
Pedoman Perangkaian Dasar, Menerapkan Pedoman Perangkaian, Sisi Halus Dari
Perangkaian, dan Perangkaian Pembelajaran Eksperiensial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEDOMAN
PERANGKAIAN DASAR
Pedoman berikut ini berlaku untuk kebanyakan perangkaian
kegiatan pelatihan dan harus dipandang sebagai bagian fundamental dari
desain yang efektif.
1.Bangunlah minat dan perkenalan materi
baru sebelum anda membahasnya lebih dalam.
Persiapkan pentas untuk pembelajaran
dengan menggunakan kegiatan yang menarik minat peserta atau memberikan gambaran
besarnya.
2. Tempatkan kegiatan yang mudah
sebelum kegiatan yang menuntut.
Mantapkan suasana peserta dan berikan
pemanasan sebelum anda menuntun mereka menenpuh kerja keras.
3. Pertahankan perpaduan yang bagus
dari sejumlah kegiatan.
Variasikan metode pelatihan, panjang
kegiatan, intensitas kegiatan, pengaturan fisik, dan format. Variasi adalah
bumbu daripelatihan yang bagus.
4. Kelompokan konsep-konsep dan
keterampilan yang saling menopang.
Pada umumnyakita belajar lebih mudah
apabila satu ide muncul dari ide lainnya.
5. Berikan kepingan keterampilan
sebelum mempraktikan keterampilan yang kompleks.
Akan lebih baik mempelajari
bagian-bagiannya sebelum mempelajari keseluruhannya.
6. Tutuplah rangkaian pelatihan dengan
diskusi tentang “jadi apa”dan”lalu apa.”Mintalah peserta untuk memikirkan
implikasi dari isi kursus bagi diri mereka sendiri dan untuk merencanakan
langkah mnereka selanjutnya sekembali di tempat kerja.
B. KEGIATAN PERANGKAIAN
APA YANG MEMBUAT UMPAN BALIK BERGUNA?
Umpan balik atau tanggapan kontruktif
merupakan cara membantu orang lain melihat perilaku mereka sendiri tanpa
menempatkan mereka pada posisi bertahan(defensif). Ini merupakan komunikasi
dengan seseorang (atau kelompok) yang memberikan informasi kepada orang itu
tentang bagaimana dia mempengaruhi orang lain. Jika ingin menghindari
terbentuknya sikap bertahan terhadap umpan balik kita, kita tidak boleh tampil
menyerang orang bersangkutan melainkan mengomentari tindakannya.
Berikut adalah beberapa kriteria umpan
balik berguna:
1. Deskriptif bukan evaluatif.
Menjelaskan reaksi sendiri membiarkan si individu bebas untuk menggunakan atau
tidak menggunakan umpan balik tersebut atau menggunakannya bila ia pandang
tepat. Menghindari bahasa evaluatif akan mengurangi kebutuhan individu untuk
bereaksi secara defensif.
2. Khusus bukan umum. Mengatakan kepada
seseorang bahwa ia “ mendominasi,” misalnya, mungkin akan kurang berguna bila
dibandingkan dengan mengatakan,”Tadi ketika kita memutuskan masalah ini, Anda
tidak mendengarkan apa yang orang lain katakan. Saya merasa terpaksa menerima
argumen Anda kalau tidak akan menghadapi serangan dari Anda.”
3. Memperhitungkan kebutuhan penerimaan
dan sekaligus pemberi umpan balik. Umpan balik bisa menjadi destruktif bila
saya memuaskan kebutuhan kita sendiri dan lalai mempertimbangkan kebutuhan
orang di pihak penerima.
4. Ditunjukan kepada tindakan yang
berada dalam jangkauan penerima. Mengingatkan orang akan kelemahan tertentu
yang berada di luar kendalinya hanya akan menyebabkan frustasi
5. Mengajak, bukan memaksakan. Umpan
balik akan berguna bila penerima sendiri telah merumuskan pertanyaan yang
jawabannya mereka tunggu-tunggu.
6. Tepat waktu. Secara umum, umpan
balik yang terbaik diberikan sesegeramungkin setelah tindakan tertentu(tentu
saja tergantung kepada kesiapan orang untuk mendengarnya, dukungan yang
tersedia dari orang lain, dan sebagainya.
7. Jelas. Umpan balik tidak ada gunanya
jika penesira salah mengartikannya. Salah satu cara memeriksa adalah dengan
meminta penerima mengulangi kata-kata yang telah didengarkannya untuk
mengetahui apakah sesuai dengan pengirim maksudkan.
C. MENERAPKAN
PEDOMAN PERANGKAIAN
Program pelatihan
aktif memuat urutan kegiatan atau modul dengan mengikuti enam pedoman yang
disajikan di awal bab ini. Menerapkan pedoman perangkaian didasarkan pada
analisis medan kekuatan, sebuah perangkat pemecahan masalah terkenal yang
didasarkan atak konsep Kurt Lewis.
Analisis Medan Kekuatan adalah Metode untuk menganalisis berbagai kekuatan/faktor yang
mempengaruhi suatu perubahan (misal: implementasi kebijakan), mengetahui sumber
kekuatannya, dan memahami apa yang bisa kita lakukan terhadap faktor-faktor/kekuatan
tsb.
D. SISI
HALUS DARI PERANGKAIAN
Ciri penanda dari
program pelatihan aktif adalah adanya beraneka rangkaian yang digunakan agar
peserta bukan hanya tersadar melainkan juga belajar.
Mari kita pertimbangkan 4 cara untuk
mengubah urutan pelatihan:
1. Desain Anda bisa bergerak dari umum
ke khusus atau dari khusus ke umum. Anda sedang mengajari para peserta
tentang cara menerapkan kredit pelanggan. Anda bisa mengindentifikasi apa yang
disebut dengan riwayat pembayaran yang baik dan kemudian memberikan contoh
kasus yang mengilustrasikan sejarah pembayaran positif seorng pelanggan. Atau
Anda bisa membalikkan urutannya dengan memberikan contoh kasus lalu di ikuti
oleh definisi.
2. Ketika mengajarkan sebuah prosedur,
Anda bisa memulai dari langkah pertama atau langkah terakhir prosedur itu. Anda
sedang mengajarkan tentang cara menyusun laporan laba-rugi. Anda bisa memulai
dengan menjelaskan unsur-unsur dasar dan melanjutkannya dengan
mendemonstraiskan langkah demi langkah penyusun laporan. Atau Anda bisa
menyajikan sebuah laporan keuangan yang sudah jadi dan kemudian bekerja mundur,
menunjukkan bagaimana baris terakhir perhitungan menampilkan laba atau rugi.
3. Anda bisa menempatkan kegiatan
eksperiensial sebelum presentasi isi atau melanjutkan presentasi isi dengan
latihan eksperiensial. Anda telah memutuskan untuk mendiskusikan empat peran
komunikasi manipulatif yang dimainkan orang (menyalahkan, mengaburkan,
memendam, dan menalar berlebihan). Untuk memperkuat presentasi, anda telah
merancang sebuah permainan peran di mana berlainan anggota kelompok
beranggotakan empat orang masing-masingnya mementaskan peran ini. Menempatkan
permainan peran sebelum presentasi memungkinkan Anda untuk menjangkau minat
langsung para peserta dan memberikan contoh-contoh untuk diacu presentasi.
Betapapun, menempatkan permainan pern setelah presentasi juga bisa bekerja
dengan baik, membantu menerangkan (secara eksperensial) apa yang telah
disajikan (secara didaktis).
4. Anda bisa mengajar dari teori ke
praktik atau dari praktik ke teori. Anda mengawali sebuah.
Keberhasilan urutan
pelatihan yang efektif sering terletak pada kelancaran peralihan dari satu
bagian desain ke bagian yang lainnnya.
Berikut ini adalah beberapa kiat untuk
meningkatkan kelancaran gerak sebuah desain:
1) Gunakan
apa yang disebut oleh Ruth Clark (1989) dengan “ Kaidah Pembesaran
Penglihatan.” Ketika memperkenalkan informasi baru kepada para peserta, berikan
gambaran luasnya sebelum memasuki rinciannya.
2) Rangkaian
atau urutan pelatihan seharusnya tampak seperti sebuah spiral, bukan garis
lurus. Sesudahnya, perkenalkanlah lagi keterampilan dan ide-ide yang telah
diajarkan sebelumnya secara berurutan. Jika keterampilan atau ide dimaksud
kompleks, perkenalkan lebih dulu secara sederhana dan kemudian ajarkan pada
tingkat yang lebih rumit seiring kemajuan kursus.
3) Hindari
dorongan untuk langsung memasuki bagian penting desain Anda. Tambahkan sebuah
aktivitas singkat atau presentasi singkat guna mempersiapkan event pokok dan
membangun motivasi.
4) Dari
waktu ke waktu, rangkailah urutan pelatihan di seputar insiden yang genting,
masalah yang harus dipecahkan, atau tugas yang harus diselesaikan bukannya
sekumpulan konsep atau keterampilan untuk dipelajari. Seringkali pelatih
menggunakan metode pengajaran didaktis justru ketika para peserta bisa belajar
dari penelitin mereka sendiri. Metode pembelajaran penelitian selalu lebih
aktif dibandingkan dengan yang bergantung pelatih.
5) Menutup
urutan pelatihan bisa secara klimaks atau refleksi. Kadang-kadang sebuah urutan
harus diakhiri dengan dentuman umum menegaskan pencapaian yang diperoleh.
Misalnya, sebuah penutup yang dramatis bisa berwujud sebuah ceramah penutup
yang menggetarkan, kompetisi antarkelompok, permainan peran yang berfungsi
sebagai gladi resik untuk penerapan mendatang, atau studi kasus yang menantang.
Akan tetapi, dilain waktu mungkin akan lebih tepat dilakukan pendinginan dengan
mengolah berbagai reaksi yang disampaikan terhadap materi, membuat pengaitan
dengan keterampilan yang di pelajari sebelumnya, atau penyampaian sejumlah
pertanyaan akhir tentang topik yang masih belum jelas.
E. PERANGKAIAN PEMBELAJARAN EKSPERIENSIAL
1. Definisi
Perangkaian pelatihan yang sangat eksperiensial
(bersumber-pengalaman) memerlukan pertimbangan khusus. Dalam pelatihan seperti
itu, pembelajaran tidak berasal dari presentasi didaktis melainkan dari apa
yang peserta temukan sendiri sebagai hasil dari pengalaman kuat yang sudah di
rancang oleh pelatih untuk mereka.
Metode Experiential Learning adalah suatu metode
proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun
pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya
secara langsung.
Oleh karena itu, metode ini akan bermakna tatkala
pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan. Setelah itu, mereka
memandang kritis kegiatan tersebut. Kemudian, mereka mendapatkan
pemahaman serta menuangkannya dalam bentuk lisan atau tulisan sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan
pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan
kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Pada experiential learning, langkah menantang bagi
instruktur atau guru adalah memikirkan atau merancang aktifitas pengalaman
belajar seperti apa yang harus terjadi pada diri peserta baik individu maupun
kelompok. Aktifitas pembelajaran harus (fardu ‘ain) berfokus pada peserta
belajar (student-centered learning). Dengan demikian, apa yang harus kita
lakukan, apa yang harus mereka lakukan, apa yang harus kita katakan atau
sampaikan harus secara detail kita rannag dengan baik. Begitu pula dengan media
dan alat bantu pembelajaran lain yang yang dibutuhkan juga harus benar-benar
telah tersedia dan siap untuk digunakan.
Perbedaan mendasar
antara Experiential Learning dengan cara tradisional adalah
Experiential Learning
|
Tradisional Content-based Learning.
|
Aktif
|
Pasif
|
Bersandar pada penemuan individu
|
Bersandar pada keahlian mengajar
|
Partisipatif, berbagai arah
|
Otokratis, satu arah
|
Dinamis dan belajar dengan melakukan
|
Terstruktur dan belajar dengan
mendengar
|
Bersifat terbuka
|
Cakupan terbatas dengan sesuatu yang
baku
|
Mendorong untuk menemukan
sesuatu
|
Terfokus pada tujuan belajar yang
khusus
|
Metode Experiential Learning tidak hanya
memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja. Namun, juga memberikan
pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan melalui
penugasan-penugasan nyata. Selanjutnya, metode ini akan
mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi antara
hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.
2. Dasar Pemikiran Penggunaan Experiential Learning
Metode Experiential
Learning didasarkan pada beberapa pendapat sebagai berikut:
1. pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka
terlibat secara langsung dalam pengalaman belajar,
2. adanya perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya
yang disukai,
3. ide-ide dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan
pembelajar lebih efektif dalam pemerolehan bahan ajar,
4. komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika
mereka mengambil tanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri, dan
5. belajar pada hakekatnya melalui suatu proses.
Experiential
Learning dapat
dimanfaatkan dalam pengajaran keterampilan berbahasa, terutama dalam
keterampilan berbicara dan menulis. Berikut ini akan penulis sajikan
contoh penerapan Experiential Learning dalam pengajaran menulis
deskripsi, narasi, argumentasi, dan drama.
3. Contoh Model Pembelajaran Ekperiential
David Kolbs,
mengembangkan model pembelajaran yang dinamakan “experiential learning”.
pada dasarnya
pembelajaran eksperiensial ini sederhana dimulai dengan melakukan (do),
refleksikan (refelct) dan kemudian terapkan (apply). Jika dielaborasi lagi maka
akan teridiri dari lima langkah, yaitu mulai dari proses mengalami
(experience), bagi (share), “dirasa-rasa” atau analisis pengalaman tersebut
(proccess), ambil hikmah atau simpulkan (generalize), dan terapkan (apply).
Begitu seterusnya kembali ke fase pertama, alami. Siklus ini sebenarnya never
ending.
Konsepnya seperti
diatas. Mari kita lihat contoh praktisnya, jika model tersebut diterapkan dalam
suatu pelatihan tertentu. Contoh pelatihan tenis meja. Misalnya, teknik
“service” efektif.
Pra Pembelajaran :
Pikirkan satu hal yang Anda anggap menantang. Misalnya salah satu trik service
yang dapat mengecoh lawan. Mulai pembelajaran/pelatihan dengan mengungkapkan
suatu hal tentang pentingnya service sebagai langkah awal kemenangan dalam
bermain tenis meja.
1)
Experience
Apa yang dimaksud dengan experience? Biarkan peserta
didik kita mengalami dengan melakukan hal tertentu (perform and do it!). Dalam
kasus ini adalah melakukan trik service yg mengecoh lawan tersebut. Sebagai
langkah awal, peserta didik diberikan serve yg mengecoh tersebut oleh kita.
Biar dia merasakan/mengalami kesulitan dalam menerima serve tersebut. Kemudian,
ia diminta untuk melakukan hal yang sama, memberikan serve dan teman yg lain
menjadi penerima serve. Proses ini, dilakukan selama jangka waktu tertentu yang
menurut Anda dirasa cukup.
2)
Share (berbagi rasa/pengalaman)
Setelah semua peserta didik mencoba melakukan trik serve
tersebut secara bergantian. Maka, langkah selanjutnya adalah melakukan proses
sharing alias berbagi rasa. Semua peserta didik diminta untuk mengemukakan apa
yang dia rasakan baik dari sisi “timing” serve, teknik melempar bola, memukul
bola, posisi bola, posisi tangan, posisi berdiri dan lain-lain. Semua hal
tersebut diungkapkan secara terbuka, rileks, dengan gaya masing-masing.
3)
Process (analisis pengalaman)
Tahap ini adalah tindak lanjut dari tahap kedua yaitu
proses menganalisis berbagai hal terkait dengan apa, mengapa, bagaimana trik
serve tersebut dilakukan termasuk bagaimana mengatasinya. Hal ini dilakukan
dengan cara diskusi terbuka dan demonstrasi. Bila perlu rekan yang satu dengan
yang lain saling mengoreksi dan memberikan masukan, termasuk mendemonstrasikan
cara yang menurutnya lebih baik. Instruktur/guru bisa ikut serta meluruskan
cara yang lebih tepat.
4)
Generalize (menghubungkan pengalaman dengan situasi
senyatanya)
Langkah selanjutnya adalah menyimpulkan hasil analisis
tersebut. Kesimpulan bersama, mungkin telah dihasilkan secara teoretis dari hasil
analisis diatas. Namun, belum tentu hal tersebut dapat menyatu atau
terintegrasi secara utuh dalam praktek senyatanya. Oleh karena itu, untuk
pembuktian generalisasi dari hasil tersebut perlu dilakukan dengan pengulangan
penerapan dalam situasi yang nyata. Maka, triks tersebut dicobakan kembali,
sebelum beranjak ke triks yang sama tapi levelnya lebih tinggi lagi (lihat
langkah 5)
5)
Apply (penerapan terhadap situasi yang serupa atau level
lebih tinggi)
Langkah terakhir, adalah sama dengan langkah 4, namun
dalam hal ini level penguasaan ditingkatkan ke hal baru yang lebih tinggi. Hal
baru ini, akan menjadi bahan menuju langkah experiential learning ini mulai
dari tahap experience-share-process-generalize-apply dan kembali lagi ke siklus
awal. Begitu seterusnya.
Itulah contoh penerapan experiential learning. Tentunya
perlu diawali dengan sesuatu yang dianggap emnantang bagi peserta didik.
Pertanyaan berikut adalah, apakah proses yang sama bisa dilakukan untuk
mengajarkan suatu konsep dan sikap, bukan keterampilan? Jawabnya sangat bisa!
Intinya adalah biarkan dulu mereka mengalami, merefleksikan dan memaknai apa
yang telah mereka pelajari. Kalo dalam konsep quantum teaching, dePorter dkk
mengistilahkannya dengan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
Rayakan). Untuk pengembangan sikap (soft skills), experiential learning biasa
diterapkan dalam aktifitas outbound.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah,
Sabarti.(1997). Menulis. Jakarta : Depdikbud.
Deporter, dkk.
(2000). Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.
Koermen, Imam, dkk.
(1997). Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta UT: Depdikbud
Topatimasang, Roem, dkk.
(1986). Belajar dari Pengalaman. Jakarta:P3M.
Wahono, Mahruf. (2000).
Makalah: Metode Experiential Learning. Bandung.
FakultasLuarKampus.
2009. Research | Tutorial Gratis Teknologi Pendidikan, (Online), (http://fakultasluarkampus.net/contoh-model-pembelajaran-experiential/, diakses 27 Juni 2009).
Kolb. 1996. David A.
Kolb On Experiential Learning, Online, (http://www.infed.org/biblio/b-explrn.htm, diakses 27 Juni 2009).
Teknologi Pendidikan.
2009. Teknologi Pendidikan, Online, (http://www.teknologipendidikan.net/contoh-praktis-menerapkan-experiential-
learning, diakses 27 Juni 2009)
Terimakasih ^^ sobat juga dapat meliat posting admin yang lain yang lagi banyak dicari tentang Rahasia Sukses Berbicara di Depan Umum, bisa clik aj di link dibawah ini Okey ^^
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Makalah Desain Pelatihan
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://azmiipratama.blogspot.com/2014/07/hai-teman-teman-sekalian.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar